MABBI – Research conducted by Agus Susanto, Hurip Pratomo, and Arief Rahman from UT and State University of Jakarta entitled Analisis Cemaran Limbah Industri Dan Domestik Terhadap Biota Laut Di Perairan Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau
Sektor industri merupakan prioritas kedua dalam pengembangan kota Tanjungpinang, sehingga yang berkembang adalah industri pertambangan, industri pengolahan, transportasi dan makanan. Masyarakat mempunyai anggapan bahwa industri kecil adalah industri yang tidak mengancam lingkungan, sehingga limbah dari industri skala kecil terkadang diabaikan karena dianggap tidak terlalu signifikan, dan tidak terlalu berbahaya, padahal limbah B3 yang terkandung dalam limbah domestik dapat menyebabkan terganggunya biota laut dan ekosistemnya, dan berpotesi akan memusnahkannya. Penelitian ini bertujuan menjelaskan besaran dampak pencemaran limbah B3 dan domestik terhadap lingkungan perairan laut terutama terhadap biota laut, dan memberikan masukan kepada Pemerintah Provinsi mengenai rumusan strategi pengelolaan lingkungan perairan Kota Tanjungpinang. Untuk keperluan analisis diambil 10 sampel air, dan 15 biota perairan pada lokasi yang berbeda. Sedangkan analisis bahan pencemar secara kuantitatif dilakukan dengan mengamati populasi unsur-unsur bahan berbahaya dari sampel sedimen, air, dan jaringan biota. Analisis kandungan sampel digunakan teknik XRF (X-Ray Fluoresensi), AAS (Atomic Absorbance Spectroscopy). Adapun indeks pencemaran digunakan pendekatan perbandingan konsentrasi logam yang diukur dengan konsentrasi logam standar daerah belum tercemar. Hasil menjelaskan perairan laut pesisir kota Tanjungpinang telah tercemar logam berat, dengan kriteria tercemar sedang hingga berat dengan indeks pencemaran 2.91 – 5.96 yaitu logam-logam As, Cd, Cu, Pb, Zn, dan Ni. Logam-logam yang terkait dengan aktivitas manusia di bidang industri perkapalan yakni Pb dan Zn yang merupakan komponen utama dalam cat. Sedangkan kompoisi logam berat seperti Arsen (As), Kadmium (Cd), Tembaga (Cu) diduga berasal dari aktivitas pertambangan bauxite, Sementara tingginya kadar nitrat merupakan penanda adanya aktivitas pertanian yang menggunakan pupuk dan sisanya terbuang ke perairan kota Tanjungpinang, dan ditemukan juga pencemaran E-coli dari kotoran manusia. Biota yang hidup di perairan Kota Tanjungpinang telah tercemar logam berat melalui bioakumulasi yakni Hg, Zn, dan Ar yang terkait aktivitas industri pengolahan bauksit di masa lalu. Pencemaran logam berat paling tinggi pada Kijing (Pilsbryoconcha exillis) yang meliputi: Hg, Cr, As, Cu, Zn, Ni, dan pada ikan-ikan dimersal yang pergerakannya terbatas. Masukan yang diberikan adalah agar pemerintah Provinsi melakukan reforestasi mangrove disepanjang pesisir dan muara sungai, dan membuat Penetapan kawasan konservasi laut daerah (KKLD) di perairan selat Dompak. (Tri/MABBI)
Read more: https://ejurnal.bppt.go.id/index.php/JAI/article/view/2373
Leave a Reply