Deteksi Dini Kanker Berbasis cfDNA: Revolusi Liquid Biopsy untuk Diagnostik dan Pemantauan Terapi

Revolusi diagnostik kanker mengalami percepatan signifikan dengan munculnya pendekatan berbasis fragmen deoksiribonukleat bebas dalam darah atau cell-free DNA (cfDNA), yang memungkinkan deteksi dini tumor sebelum gejala klinis muncul. cfDNA merupakan potongan-potongan DNA yang dilepaskan ke dalam sirkulasi darah dari sel yang mengalami kematian, baik melalui apoptosis maupun nekrosis. Dalam konteks onkologi, fragmen cfDNA yang berasal dari sel kanker—sering disebut circulating tumor DNA atau ctDNA—mengandung mutasi, amplifikasi gen, serta tanda epigenetik yang spesifik untuk jenis dan lokasi tumor. Dengan memanfaatkan teknologi sekuensing generasi berikutnya (next-generation sequencing atau NGS) dan metode digital PCR, keberadaan ctDNA dapat diidentifikasi dengan sensitivitas tinggi, membuka peluang bagi skrining kanker yang jauh lebih cepat, non-invasif, dan terjangkau dibandingkan biopsi jaringan tradisional.

Deteksi cfDNA menandai pergeseran paradigma dari pendekatan diagnostik berbasis gejala atau pencitraan menjadi metode molekuler yang mampu menangkap tumor pada tahap awal. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ctDNA dapat terdeteksi bahkan ketika tumor masih berukuran milimeter, sebelum metastasis terjadi. Fragmen DNA ini membawa informasi genetik yang lengkap mengenai mutasi somatik yang terjadi pada sel kanker, sehingga memungkinkan analisis profil molekuler pasien secara individual (Zeng et al.,2018). Dengan demikian, diagnostik cfDNA tidak hanya memberi tanda keberadaan kanker, tetapi juga menyediakan data untuk pemilihan terapi yang lebih tepat sasaran, termasuk pengobatan berbasis target molekuler dan imunoterapi.

Keunggulan utama cfDNA terletak pada prosedur pengambilannya yang minim invasif, hanya memerlukan sampel darah perifer, sehingga risiko komplikasi bagi pasien sangat rendah. Selain itu, kemampuan liquid biopsy ini memungkinkan pemantauan dinamis terhadap progresi penyakit atau respons terhadap terapi secara real-time (Rafferty et al., 2016). Misalnya, perubahan kuantitas ctDNA dapat mencerminkan keberhasilan pengobatan atau munculnya resistensi terhadap obat tertentu. Informasi ini memberi dokter landasan ilmiah untuk menyesuaikan strategi terapi tanpa harus melakukan prosedur biopsi berulang, yang sering kali sulit dilakukan pada tumor yang sulit dijangkau atau pasien dengan kondisi kesehatan yang rentan.

Dalam konteks penelitian dan penerapan klinis di Indonesia, cfDNA menawarkan potensi besar untuk meningkatkan skrining populasi berisiko tinggi. Mengingat keterbatasan akses ke fasilitas pencitraan canggih di banyak daerah, metode berbasis darah ini memungkinkan identifikasi awal pasien yang memerlukan intervensi lebih cepat. Selain itu, data mutasi yang diperoleh dari ctDNA dapat membangun basis data genomik tumor lokal, yang selanjutnya mendukung pengembangan terapi presisi berbasis profil genetik pasien Nusantara. Pengembangan metode bioinformatika yang mampu mengolah data sekuens cfDNA dari berbagai jenis kanker juga menjadi fokus utama untuk memastikan akurasi deteksi dan prediksi prognosis (Pantel dan Alix-Panabières, 2019).

Meski menjanjikan, diagnostik cfDNA tetap menghadapi tantangan, seperti konsentrasi ctDNA yang sangat rendah pada tahap awal kanker, interferensi dari cfDNA normal, serta kebutuhan akan standar operasional prosedur yang konsisten untuk pengambilan, penyimpanan, dan analisis sampel. Validasi klinis skala besar diperlukan agar hasil deteksi dapat diterapkan secara luas tanpa menghasilkan tingkat false positive atau false negative yang tinggi. Selain itu, pemahaman mengenai variasi genetik populasi Indonesia penting untuk menyesuaikan panel deteksi mutasi agar relevan dan sensitif.

Secara keseluruhan, cfDNA mewakili revolusi diagnostik kanker yang menggabungkan prinsip biologi molekuler, teknologi sekuensing, dan pendekatan klinis berbasis data. Dengan kemampuan mendeteksi tumor pada tahap paling awal, memantau respons terapi, serta memberikan informasi mutasi spesifik, cfDNA berpotensi mengubah lanskap skrining dan manajemen kanker secara global. Integrasi antara inovasi ini, penelitian lokal, dan pengembangan kapasitas laboratorium akan menjadi kunci untuk mewujudkan strategi deteksi dini kanker yang efektif dan berkelanjutan di Indonesia.

Sumber:

Gao, Q., Zeng, Q., Wang, Z., Li, C., Xu, Y., Cui, P., … & Fan, J. (2022). Circulating cell-free DNA for cancer early detection. The Innovation3(4).

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *