Kemajuan dalam teknologi pengeditan gen telah membawa umat manusia ke ambang era baru dalam ilmu kedokteran. Salah satu perkembangan mutakhir yang menjadi perhatian dunia ilmiah adalah pengeditan genom poligenik. Penelitian yang dipublikasikan dalam Nature oleh Peter M. Visscher dan koleganya menunjukkan potensi signifikan dari teknologi ini dalam mengurangi risiko sejumlah penyakit genetik pada manusia, seperti Alzheimer, skizofrenia, diabetes tipe 2, penyakit arteri koroner, dan gangguan depresi mayor (MDD). Namun, inovasi ini juga memunculkan berbagai tantangan teknis, sosial, dan etika yang mendesak untuk dibahas.
Teknologi pengeditan genom poligenik bertujuan untuk memodifikasi sejumlah besar varian DNA secara bersamaan. Dalam penelitian ini, Visscher dan timnya memodelkan dampak pengeditan gen terhadap prevalensi penyakit-penyakit tertentu. Mereka menemukan bahwa, dengan pengecualian MDD, pengeditan hingga sepuluh gen terkait dapat mengurangi prevalensi penyakit dalam skala yang signifikan. Penemuan ini membuka jalan menuju pendekatan pencegahan baru yang berpotensi menyelamatkan jutaan nyawa. Namun, manfaat tersebut tidak datang tanpa risiko.
Salah satu kekhawatiran utama adalah potensi penyalahgunaan teknologi ini untuk tujuan eugenika. Sejarah telah menunjukkan bahwa manipulasi genetik yang tidak bertanggung jawab dapat mengarah pada diskriminasi genetik dan memperburuk ketidaksetaraan sosial. Hingga saat ini, tidak ada negara yang mengizinkan pengeditan genom embrio manusia, bahkan untuk varian tunggal. Selain itu, kendala teknis juga masih menjadi hambatan. Teknologi ini hanya dapat diakses melalui prosedur fertilisasi in vitro (IVF), yang membatasi penerapannya pada populasi yang lebih luas. Belum lagi, banyak penyakit genetik yang disebabkan oleh faktor non-genetik yang sulit dimodelkan atau dikontrol.
Masalah lain yang tak kalah penting adalah efek pleiotropik, yaitu ketika varian genetik yang berkontribusi terhadap satu penyakit justru memberikan perlindungan terhadap penyakit lain. Selain itu, biaya tinggi dari teknologi ini dapat memperburuk kesenjangan ekonomi, membuat akses hanya tersedia bagi kalangan tertentu. Risiko-risiko ini memerlukan diskusi mendalam yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat.
Sejarah menunjukkan bahwa teknologi sering kali berkembang lebih cepat daripada diskusi etika dan regulasi. Kesalahan masa lalu, seperti pengumuman mengejutkan He Jiankui pada 2018 tentang bayi hasil rekayasa genetik, mengingatkan kita bahwa kemajuan teknologi harus diiringi dengan tanggung jawab moral yang kuat. Teknologi pengeditan gen mungkin memerlukan waktu puluhan tahun untuk mencapai tingkat presisi dan penerapan skala besar, tetapi perencanaan dan pemahaman mendalam sejak dini sangatlah penting.
Dalam menghadapi masa depan ini, masyarakat perlu memanfaatkan waktu untuk mempersiapkan diri. Diskusi tentang manfaat, risiko, regulasi, dan dampaknya terhadap kesetaraan sosial harus menjadi prioritas. Dengan pendekatan yang bijaksana, teknologi pengeditan genom dapat menjadi alat yang memberdayakan umat manusia, bukan ancaman.
Sumber:
We need to talk about human genome editing
Leave a Reply