Efektivitas Fosfit dalam Menekan Inokulum Phytophthora pada Hutan Kauri

Fosfit telah lama digunakan sebagai agen perlindungan terhadap patogen tumbuhan, terutama dalam mengendalikan penyakit yang disebabkan oleh genus Phytophthora. Salah satu patogen yang menjadi perhatian utama dalam ekosistem hutan adalah Phytophthora agathidicida, yang bertanggung jawab atas penyakit mati kauri (Agathis australis) di Selandia Baru. Studi ini mengevaluasi dampak jangka panjang fosfit terhadap komunitas Phytophthora dan kelimpahan inokulum dalam tanah hutan yang terinfeksi.

Penggunaan fosfit sebagai perlakuan utama dalam pengendalian penyakit mati kauri telah menunjukkan hasil yang signifikan dalam menekan ekspresi gejala penyakit, termasuk aktivitas perdarahan resin basal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam kurun waktu 1,5 tahun setelah perlakuan, terjadi penurunan beban inokulum P. agathidicida di sekitar pohon kauri yang dirawat. Namun, efektivitas fosfit tampaknya berkurang dalam jangka panjang, karena setelah 12 tahun pasca-perlakuan, tidak ditemukan perbedaan signifikan dalam kelimpahan inokulum antara pohon yang dirawat dan tidak dirawat.

Selain P. agathidicida, penelitian ini juga mengidentifikasi keberadaan Phytophthora cinnamomi dan spesies mirip P. europaea. Analisis menunjukkan bahwa P. agathidicida dan P. cinnamomi memiliki korelasi positif dengan penurunan kesehatan kanopi dan akar pohon, sementara spesies mirip P. europaea lebih sering ditemukan di pohon dengan sistem perakaran yang sehat. Hal ini mengindikasikan bahwa spesies ini mungkin memiliki hubungan yang lebih erat dengan pohon yang masih mampu bertahan dari infeksi.

Dalam studi ini, metode deteksi yang digunakan mencakup tiga teknik utama, yaitu baiting, metabarcoding, dan quantitative polymerase chain reaction (qPCR). Kombinasi ketiga metode ini memungkinkan deteksi yang lebih akurat terhadap komunitas Phytophthora di tanah hutan. Sebanyak 152 sampel menunjukkan hasil positif untuk P. agathidicida dengan ketiga metode tersebut, sementara untuk P. cinnamomi, hasil positif ditemukan dalam 119 sampel menggunakan metabarcoding dan baiting.

Dalam percobaan lapangan yang dilakukan di lokasi Waitoki dan Huia, ditemukan bahwa pada blok infeksi awal, jumlah inokulum P. agathidicida mengalami penurunan yang signifikan setelah perlakuan fosfit, dengan p < 0,001 berdasarkan analisis Kruskal-Wallis. Sementara itu, pada blok kontrol yang tidak menerima perlakuan fosfit, jumlah inokulum P. agathidicida justru mengalami peningkatan seiring waktu. Namun, pada lokasi Huia, setelah 12 tahun pasca-perlakuan, tidak ditemukan perbedaan signifikan dalam kelimpahan inokulum antara pohon yang dirawat dan tidak dirawat (Wilcoxon p = 0,66 untuk P. agathidicida dan p = 0,99 untuk spesies Phytophthora dari klade 7).

Kesimpulan dari penelitian ini menegaskan bahwa fosfit masih merupakan alat yang efektif dalam perlindungan jangka pendek terhadap penyakit mati kauri. Dalam waktu 1,5 tahun setelah perlakuan, fosfit mampu menekan ekspresi gejala penyakit dan mengurangi beban inokulum P. agathidicida. Namun, dalam jangka panjang, efektivitas fosfit tampaknya menurun, mengindikasikan perlunya strategi pengelolaan tambahan untuk mempertahankan kesehatan ekosistem hutan kauri. Studi ini juga menunjukkan bahwa komunitas Phytophthora dalam tanah hutan sangat dinamis, dengan berbagai spesies yang memiliki hubungan berbeda dengan kondisi kesehatan pohon. Oleh karena itu, pendekatan yang lebih terpadu dalam pengelolaan penyakit tanaman di hutan alami sangat diperlukan untuk memastikan keberlanjutan ekosistem ini.

Sumber:

Hunter, S., Waipara, N., Burns, B., Scott, P. and Williams, N., 2024. Impacts of phosphite treatment on Phytophthora community assemblages and inoculum abundances in Phytophthora-infected forest soil. Trees, Forests and People18, p.100687.

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *