Haitang-Xiaoyin Mixture (HXM) telah digunakan dalam pengobatan psoriasis, suatu penyakit kulit inflamasi kronis yang mempengaruhi jutaan orang di seluruh dunia. Berbagai studi menunjukkan bahwa HXM memiliki potensi untuk menurunkan skor Psoriasis Area and Severity Index (PASI) serta kadar interleukin (IL)-23 dalam serum pasien psoriasis. Meskipun efektivitasnya telah teruji secara klinis, mekanisme molekuler yang mendasari aksi terapeutik HXM masih belum sepenuhnya dipahami. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengungkap mekanisme kerja HXM dalam pengobatan psoriasis menggunakan pendekatan bioinformatika, farmakologi jaringan, pembelajaran mesin, dan validasi molecular docking.
Analisis awal dilakukan dengan memperoleh gen yang terkait dengan psoriasis dari basis data Gene Expression Omnibus (GEO), GeneCards, dan DisGeNET. Komponen aktif dalam HXM diidentifikasi melalui database HERB dan Traditional Chinese Medicine Systems Pharmacology Database (TCMSP). Dari analisis ini, ditemukan bahwa HXM memiliki 290 target obat yang berpotensi terlibat dalam pengobatan psoriasis. Melalui analisis interaksi protein-protein (PPI) dan pemetaan jalur sinyal menggunakan Gene Ontology (GO) dan Kyoto Encyclopedia of Genes and Genomes (KEGG), ditemukan bahwa HXM dapat memodulasi angiogenesis, proses pengikatan reseptor kemokin, serta jalur sinyal IL-17 dan TNF yang berhubungan dengan psoriasis.
Dalam tahap lebih lanjut, algoritma pembelajaran mesin seperti Least Absolute Shrinkage and Selector Operation (LASSO), Support Vector Machine recursive feature elimination (SVM-RFE), dan Boruta digunakan untuk mengidentifikasi target utama yang berperan dalam psoriasis. Hasilnya menunjukkan bahwa CXCL2 dan CXCR4 adalah dua gen karakteristik utama yang terkait dengan psoriasis. Selain itu, hasil analisis infiltrasi imun menunjukkan adanya korelasi positif yang signifikan antara ekspresi CXCL2 dan CXCR4 dengan makrofag tipe M1, yang merupakan subset makrofag proinflamasi yang dominan dalam lesi psoriasis.
Dua senyawa utama dalam HXM yang menunjukkan aktivitas farmakologi terhadap CXCL2 dan CXCR4 adalah quercetin dan triptolide. Studi molecular docking dan simulasi dinamika molekuler mengungkap bahwa quercetin memiliki afinitas pengikatan yang kuat terhadap CXCL2, sedangkan triptolide berinteraksi dengan CXCR4. Parameter energi pengikatan yang diperoleh dari analisis Poisson-Boltzmann Surface Area (MM-PBSA) menunjukkan bahwa kompleks quercetin-CXCL2 memiliki energi pengikatan ∆G sebesar -24,88 ± 2,57 kkal/mol, sementara kompleks triptolide-CXCR4 memiliki ∆G sebesar -12,40 ± 5,66 kkal/mol, menunjukkan stabilitas interaksi yang cukup tinggi.
Mekanisme aksi HXM dalam pengobatan psoriasis melibatkan penghambatan proliferasi keratinosit, modulasi respon inflamasi, pengurangan stres oksidatif, serta regulasi angiogenesis. Jalur sinyal utama yang dimodulasi oleh HXM mencakup jalur kemokin, TNF, dan Toll-like receptor. Secara keseluruhan, penelitian ini menegaskan bahwa HXM adalah terapi yang menjanjikan dalam pengobatan psoriasis dengan pendekatan multi-target dan multi-komponen. Namun, penelitian lebih lanjut, termasuk uji klinis dan validasi in vivo, diperlukan untuk memperkuat temuan ini dan mengeksplorasi potensi terapi HXM secara lebih mendalam.
Sumber:
Leave a Reply