Evolusi dan Keanekaragaman Tumbuhan di Dataran Tinggi Qiangtang

Dataran Tinggi Qiangtang, yang terletak di jantung Dataran Tinggi Tibet, dikenal sebagai “atap dari atap dunia” karena ketinggiannya yang ekstrem dan kondisi lingkungannya yang keras. Kawasan ini menjadi laboratorium alami bagi para peneliti dalam memahami asal-usul serta evolusi flora yang hidup di lingkungan dingin dan kering. Penelitian ini mengkaji pola keanekaragaman tumbuhan di kawasan tersebut dengan menggunakan pendekatan phylofloristics, yang mengintegrasikan informasi filogenetik dalam analisis flora untuk menyingkap sejarah evolusi dan persebaran spesies di wilayah ini.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keanekaragaman filogenetik (phylogenetic diversity/PD) di Dataran Tinggi Qiangtang memiliki pola yang khas, di mana terdapat dua phyloregion utama yang terbagi menjadi sektor tenggara dan barat laut. Analisis filogenetik dilakukan menggunakan 228 genom plastid lengkap yang menghasilkan pohon filogenetik makro yang mencakup 370 spesies tumbuhan. Studi ini mengungkap bahwa determinan utama beta diversity filogenetik di wilayah ini adalah curah hujan musiman (bio15) dan curah hujan pada kuartal terkering (bio17). Dengan menggunakan data fosil, ditemukan bahwa keluarga tumbuhan berbiji pertama kali muncul di kawasan ini pada periode Kapur (145 juta tahun yang lalu), dengan percepatan evolusi yang signifikan sejak awal Zaman Es Kuarter (2 juta tahun yang lalu).

Keanekaragaman tumbuhan di Dataran Tinggi Qiangtang juga menunjukkan bahwa elevasi dan faktor iklim berperan penting dalam membentuk pola distribusi flora. Ketinggian rata-rata yang melebihi 4800 meter menyebabkan dominasi vegetasi padang rumput alpin Stipa purpurea, padang rumput Carex moorcroftii, serta vegetasi alpin subglasial yang sederhana. Analisis filogenetik juga menunjukkan bahwa mayoritas taksa tumbuhan mengalami radiasi evolusi yang cepat selama periode Kuarter, yang dipicu oleh perubahan iklim dan aktivitas tektonik di wilayah ini.

Perbedaan zona filogenetik yang ditemukan dalam penelitian ini mengindikasikan bahwa wilayah tenggara lebih kaya akan keanekaragaman filogenetik dibandingkan wilayah barat laut. Hal ini berkaitan erat dengan sejarah geologi dan pola perubahan iklim selama jutaan tahun terakhir. Kajian terhadap waktu divergensi spesies menunjukkan bahwa mayoritas spesies di kawasan ini mulai bermigrasi sejak periode Miosen, sekitar 18,24 juta tahun yang lalu. Sebagai tambahan, keluarga-keluarga tumbuhan utama seperti Gramineae, Asteraceae, Rosaceae, dan Amaranthaceae menunjukkan awal divergensi sejak periode Kapur Atas.

Penelitian ini menegaskan bahwa faktor lingkungan, khususnya perubahan iklim yang dipengaruhi oleh elevasi dan sejarah geologi, memainkan peran penting dalam membentuk pola keanekaragaman tumbuhan di Dataran Tinggi Qiangtang. Selain itu, pendekatan phylofloristics yang digunakan dalam studi ini memberikan pemahaman yang lebih komprehensif tentang bagaimana faktor evolusi dan lingkungan berinteraksi dalam menentukan distribusi flora di ekosistem ekstrem. Ke depan, penelitian lebih lanjut dengan cakupan sampel yang lebih luas serta analisis genetik yang lebih mendalam diperlukan untuk mengonfirmasi pola keanekaragaman yang telah ditemukan serta mengembangkan strategi konservasi yang lebih efektif bagi flora unik di kawasan ini.

 

Sumber:

Li, X., Han, Y., Miao, L., Xu, H., Yu, J., Han, S. and Zhang, F., 2025. Investigating the formation and evolution of plant diversity patterns in the Qiangtang Plateau based on phylofloristics approach. Global Ecology and Conservation, p.e03479.

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *