Sindrom hemoragik hati berlemak (Fatty Liver Hemorrhagic Syndrome/FLHS) pada ayam petelur adalah kondisi yang umum terjadi pada ayam yang mengalami stres metabolik akibat diet tinggi energi dan rendah protein. Penyakit ini ditandai dengan penurunan berat badan, gangguan fungsi hati, peningkatan kadar lipid dalam darah, dan penurunan kesehatan secara umum. Salah satu penyebab utama dari sindrom ini adalah ketidakseimbangan dalam metabolisme lemak di hati, yang memicu peradangan dan kerusakan organ. Berbagai upaya dilakukan untuk menangani FLHS, termasuk pendekatan berbasis mikrobiota usus yang berpotensi memberikan dampak positif terhadap kesehatan ayam.
Salah satu bakteri komensal yang memiliki peran penting dalam kesehatan usus dan metabolisme tubuh adalah Bacteroides fragilis (B. fragilis). B. fragilis dikenal memiliki hubungan erat dengan regulasi metabolisme lipid dan inflamasi dalam tubuh, namun peran spesifiknya dalam perkembangan FLHS pada ayam petelur belum banyak dipahami. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi efek amelioratif dari B. fragilis terhadap FLHS pada ayam petelur serta mekanisme yang mendasari efek tersebut, khususnya melalui perubahan dalam metabolisme oksilipin dan stabilitas mikrobiota usus.
Pada percobaan pertama, 40 ayam petelur berusia 25 minggu dibagi secara acak menjadi lima kelompok perlakuan, yang terdiri dari kelompok kontrol dengan diet dasar, kelompok diet energi tinggi dan protein rendah (HELP), serta kelompok HELP yang diberikan tiga tingkat B. fragilis berbeda (108, 109, dan 1010 CFU). Percobaan kedua melibatkan 18 ayam petelur yang dibagi menjadi tiga kelompok, yakni kelompok kontrol, kelompok model dengan diet HELP, dan kelompok arachidonic acid (AA) dengan diet HELP yang mengandung 0,3% AA. Durasi eksperimen untuk kedua percobaan adalah 8 minggu.
Hasil yang diperoleh dari kedua percobaan menunjukkan bahwa B. fragilis memberikan perbaikan yang signifikan pada berbagai parameter kesehatan ayam petelur yang terkena FLHS. Salah satu temuan utama adalah peningkatan berat badan ayam pada minggu ketujuh setelah perlakuan dengan B. fragilis (P = 0,006). Selain itu, B. fragilis juga mampu mengurangi degenerasi lipid di hati, menurunkan kadar lipid darah seperti trigliserida, kolesterol, dan kolesterol lipoprotein densitas rendah (P < 0,05), serta meningkatkan fungsi hati yang diukur melalui kadar alanine aminotransferase (ALT) dan aspartate aminotransferase (AST) (P < 0,05).
B. fragilis juga mempengaruhi ekspresi gen yang terkait dengan metabolisme lemak dan peradangan. Penurunan ekspresi gen yang terkait dengan sintesis lemak seperti fatty acid synthase (FAS), acetyl-CoA carboxylase (ACC), dan liver X receptor α (LXRα) ditemukan pada ayam yang terinfeksi FLHS (P < 0,05). Sebaliknya, ekspresi gen yang terkait dengan oksidasi lemak, seperti carnitine palmitoyl transferase-1 (CPT-1), peroxisome proliferator activated receptor α (PPARα), dan PPARγ, teramati meningkat (P < 0,05). Penurunan ekspresi gen terkait inflamasi seperti tumor necrosis factor α (TNF-α), interleukin (IL)-1β, IL-6, dan IL-8 di hati ayam yang diberi perlakuan B. fragilis semakin mempertegas efek anti-peradangan bakteri ini.
Selanjutnya, analisis lebih mendalam pada jalur oksilipin yang dipengaruhi oleh B. fragilis menunjukkan perubahan signifikan dalam ekspresi gen arachidonate 15-lipoxygenase (15-LOX) dan arachidonate 5-lipoxygenase (5-LOX) (P < 0,05). Modifikasi ini berimbas pada metabolit terkait, dengan penurunan substansi pro-inflamasi seperti 15-oxoETE (P = 0,004) dan peningkatan kadar asam arachidonat (AA) (P = 0,008). B. fragilis terbukti juga berperan dalam mengatur homeostasis mikrobiota usus dengan meningkatkan keberagaman bakteri Bacteroides dan menurunkan kelimpahan bakteri Succinatimonas dan Faecalicoccus (P < 0,05). Penelitian ini menemukan adanya korelasi positif yang kuat antara keberagaman Bacteroides dan kadar AA (P = 0,007), yang juga terkonfirmasi melalui eksperimen in vitro.
Penelitian lebih lanjut mengonfirmasi bahwa AA memiliki efek yang sangat positif dalam mengurangi gejala FLHS pada ayam petelur. Hal ini dibuktikan dengan pola ekspresi gen yang mirip dengan yang diamati pada perlakuan dengan B. fragilis melalui analisis reverse transcription-polymerase chain reaction (RT-PCR). Keberadaan AA yang meningkat pada ayam yang diberi perlakuan B. fragilis memberikan petunjuk bahwa asam arachidonat berperan kunci dalam mekanisme pengurangan peradangan dan perbaikan metabolisme lemak yang terpengaruh oleh FLHS.
Dengan hasil tersebut, penelitian ini menunjukkan bahwa B. fragilis berperan penting dalam memperbaiki FLHS pada ayam petelur melalui pengaturan metabolisme oksilipin dan stabilitas mikrobiota usus. Perubahan yang terjadi dalam jalur oksilipin, khususnya dengan meningkatnya kadar AA dan pengurangan zat pro-inflamasi, membantu mengurangi gejala FLHS dan memperbaiki fungsi hati. Oleh karena itu, B. fragilis dan AA dapat dianggap sebagai kandidat potensial untuk terapi atau pencegahan FLHS pada ayam petelur.
Studi ini menawarkan wawasan baru mengenai cara-cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesehatan ayam petelur melalui modifikasi mikrobiota usus dan metabolisme tubuh. Selain itu, temuan ini membuka peluang untuk penelitian lebih lanjut dalam pengembangan strategi berbasis probiotik untuk mencegah FLHS dan gangguan metabolik lainnya pada hewan ternak. Penerapan hasil penelitian ini dapat membawa dampak signifikan bagi industri peternakan, khususnya dalam meningkatkan kesejahteraan hewan dan efisiensi produksi telur.
Dengan pendekatan yang menggabungkan mikrobiomik dan metabolomik oksilipin, penelitian ini memberikan kontribusi yang berarti dalam pemahaman kita mengenai pengaruh mikrobiota usus terhadap metabolisme tubuh dan penyakit yang terjadi akibat ketidakseimbangan metabolik pada hewan. Temuan ini juga menggarisbawahi pentingnya interaksi antara mikroba usus dan metabolisme tubuh dalam menjaga kesehatan hewan ternak, yang pada gilirannya dapat meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan.
Sumber:
Leave a Reply